BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dimulai sejak pertama kali manusia ada dan akan terus berlangsung sepanjang sejarah dan
selama manusia ada. Target dan tujuan pendidikan itu luas dan harus mencakup
seluruh dimensi wujud manusia terutama dimensi insaninya[1]. Tatkala orang mendesain pendidikan maka ia harus
memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan dasar
pendidikan yang menjadi pandangan hidup pendesain ia merumuskan tujuan
pendidikan. Jadi, tujuan pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh pandangan
hidup (way of life) orang yang mendesain pendidikan itu.[2] T.S.
Eliot (Dikutip Ahmad Tafsir) menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu
tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup (philoshiphy
of life) anda adalah Islam, maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah
diambil dari agama Islam.
Mutu
yang baik dalam pendidikan adalah yang dicapai melalui suatu proses: Bagaimana
pelaksanaan proseslah yang menjamin hasil yang memadai; Titik berat penilaian
bukanlah pada hasilnya semata, melainkan juga sangat difokuskan pada bagaimana prosesnya
dilaksanakan; Kepastian akan karakteristik adalah pada bagaimana proses
dijalankan. Upaya mewujudkan kualitas kini harus dilakukan secara menyeluruh
dan terintegrasi, tidak bisa lagi secara parsial per program studi.
Faktor-faktor
atau fariabel yang harus dikelola, dan bagaimana mengelolanya agar mutu
pendidikan dapat dicapai dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat. Melakukan pengelolaan pendidikan, untuk menghadapi masalah atau
hambatan, mengkaji kenapa masalah itu timbul serta apa saja alternatif
pemecahan yang mungkin dapat diambil. Dalam mengelola pendidikan faktor
kepemimpinan (leadership) memegang peran yang sangat menentukan. Fungsi
kepemimpinan merupakan aspek manajemen yang sangat esensial karena bentuk
kepemimpinan akan menentukan volume dan kualitas komunikasi di lembaga-lembaga
pendidikan sebagai sarana pengerak dan pemersatu semua komponen kependidikan.
Bentuk kepemimpinan akan menentukan bentuk dan proses pembuatan
keputusan/kebijakan (decision-making process) pendidikan. Sistem kontrol dan
evaluasi pelaksanaan aktivitas kependidikan akan menjadi aspek yang sangat
berarti untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan[3].
Dalam
makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan pedidikan menurut Islam secara perspektif
dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun
al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebermutuan dalam kehambaan,
kekhalifahan dan keilmuan dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan
pendidikan menurut Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan
Menurut Islam
Kata Islam dalam
pendidikan Islam menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang
berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.
Jadi apa pendidikan itu menurut Islam? Untuk menjawab pertanyaan itu lebih
dahulu dibahas definisi pendidikan menurut para pakar tentang pendidikan
menurut Islam didasarkan atas keterangan Al-Qur’an dan hadits[4].
Para pakar
pendidikan Islam mengklasifikasikan pada tiga istilah yang umum digunakan dalam
pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan tentang ar-rabb), al-Ta’lim
(ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta
sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib
(integrasi ilmu dan amal)[5].
1. Istilah al-Tarbiyah
Abdurrahman al-Nahlawi (1989:31-330)[6]
merumuskan definisi pendidikan dari kata al-tarbiyyah. Dari segi bahasa,
menurut pendapatnya, kata at-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu
kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh seperti dalam
al-Qur’an surat al-Rum ayat 39; kedua , rabiya-yarba yang berarti
menjadi besar; ketiga, dari kata rabba-yarubbi yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (رَبَّى),
yurabbi (يُرَبِّى) menjadi “tarbiyah” yang mengandung arti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah berarti manusia hidup di
alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana
dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai bagian
dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya.
Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk
memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam. (Zuhairini,
1995:121).
2. Istilah al-Ta’lim
Secara
etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer
ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun
proses pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi
al-Qur’an ayat 30-31 ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
[2:30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ
عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ
صَادِقِينَ
[2:31] Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!
Ia menerima
pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses
pembelajaran ini disajikan dengan menggunakan konsep ta’lim yang
sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam as dengan Tuhannya.
(Jalaluddin, 2001:122).
Menurut Abdul Fattah Jalal bahwa menurut Al-Qur’an, proses ta’lim
justru lebih uiversal/lebih luas serta lebih dalam dari pada tarbiyyah. Untuk
menjelaskan pendapatnya ini, Jalal memulai urainya dengan menjelaskan tingginya
kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam Islam. Ia mengutip ayat Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 30-34, yang menurutnya dalam ayat-ayat tersebut terkandung
pengertian bahwa kata ta’lim
jangkauannya lebih jauh serta lebih luas dari kata tarbiyyah. Kemudian
jalal mengutip ayat 151 surat Al-Baqarah ; yang artinya:
“Kami telah mengutus kepada kalian rasul dari
kalian, yang membacakan ayat-ayat kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan
mengajarkan kepada kalian al-kitab dan al-Hikmah serta mengajarkan kepada
kalian apa-apa yang belum kalian ketahui”
Menurut Abdul Fattah Jalal (1988:119) tujuan umum pendidikan menurut
Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Dengan mengutip QS; 51:56[7];
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُون
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Al-Takwir
ayat 27, bahwa pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang mengambakan dirinya kepada
Allah dalam pengertian beribadah kepada Allah
3. Istilah al-Ta’dib
Menurut
al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib,
konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ
تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن على}
Artinya : “Tuhan telah mendidikku,
maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib
berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam
diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan
berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang
tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Jadi menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas[8],
pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu
kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima
proses dan kandungan pendidikan tersebut.1definisi
pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntukan untuk manusia saja.
menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta'dib, karena istilah
ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara
istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini
mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti
pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat
teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat
mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat
itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah
seseorang.
Dari pengertian
Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu
adalah, "pengenalan" adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan
denagn apa yang dikenali, sedangkan "pengakuan" merupakan tindakan
yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah
kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan
kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa
ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan
kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok,
komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus
berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang
selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif,
dipujikan serta terpuji.
Dalam pandangan
Al-Attas pendidikan Islam harus terlebih dahulu diberikan kepada manusia sebagi
peserta didik, pendidikan tersebut berupa pengetahuan tentang manusia disusul
dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dengan demikian dia akan tahu jati dirinya
dengan benar, tahu "dari mana dia, sedang dimana dia, dan mau kemana dia
kelak". Jika ia tahu jati dirinya, maka ia akan selalu ingat dan sadar
serta mampu dalam memposisikan dirinya, baik terhadap sesama makhluk, dan yang
terlebih lagi kepada Allah SWT. Ketiga realita yaitu, manusia, alam, dan Tuhan
diakui keberadaannya, dengan Tuhan sebagai sumber dari segalanya (alam dan
manusia). Tuhan dapat dipahami sebagaimana dinformasikan dalam Al-Quran sebagai
Rabb al-Alamin, dan Rabb al-Nass. Amrullah Ahmad menilai bahwa
dalam definisi pendidikan Al- Attas mengandung proses pengajaran seseorang
dalam tatanan kosmis dan sosial yang akan mengantarkannya untuk menemukan
fungsinya sebagai kholifah.
Jadi apa
pengertian pendidikan menurut Islam?[9]
Pendidikan dalam arti sempit ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan jaran Islam
(menjadi muslim semaksimal mungkin).
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas
dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar
dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
(petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai
fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya
ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup
pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari
al Qur’an dan Sunnah (Hadist).
Tujuan
pendidikan
Berbicara tentang tujuan pendidikan,
mau tidak mau mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan
memiliki tujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Pendidikan merupakan
suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan
hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan Islam
telah mengalami kemajuan di berbagai bidang terutama sarana dan prasarana.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki bangunan yang tak kalah megahnya
dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta yang lain. Namun dari sisi
kwalitas, pendidikan Islam dirasa belum memenuhi keinginan umat. Sebab visi dan
misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab
terabaikan dalam institusi pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam
ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir individu-individu
yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia pada umumnya.
Manusia adalah fokus utama dari
pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani. Karenanya institusi pendidikan
seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada substansi kemanusiaan, membuat
system yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik. Pendidikan
diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk memiliki kemakmuran materi dan
juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan akherat.
Tujuan pendidikan identik dengan
gambaran manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang
ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka
manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang baik
menurut agamanya,
Sejalan dengan itu Ahmad tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan pada
dasarnya ditentukan oleh pandangan hidup (way of life) orang yang mendisain
pendidikan itu dan manusia terbaik menurut orang tertentu. Mungkin saja
seseorang tidak akan mampu menggambarkan dengan kata-kata tentang bagaimana
manusia yang baik yang ia maksud. Sekalipun demikian menurut Ahmad Tafsir tetap
saja ia menginginkan tujuan pendidikan itu haruslah manusia terbaik. Tujuan
pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia,
termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik.
Lebih lanjut Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu untuk
menjadikan manusia yang baik dan dan menjadi peribadi yang utuh, peribadi yang
utuh adalah peribadi yang konsisten antara pengetahuan, sikap dan perilakunya,
jadi ada singkronisasi antara kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor,
serta terbentuk kecerdasa emosionalnya. Mungkin itulah salah satu cara yang di
ungkapkan Ahmad tafsir bawa untuk menjadi manusia yang baik itu diantaranya
dengan cara konsisten antara pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga tercapai
manusia yang utuh.
Sementara itu Sanusi Uwes menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu secara
lebih rinci lagi menurutnya tujuan pendidikan itu dipengaruhi oleh sumber
keyakinan, dan sumberkeyakinan mempengaruhi pandangan hidup dan pandangan hidup
mempengaruhi tujuan hidup yang kemudian tujuan hidup mempengaruhi tujuan
pendidikan, yang menurut beliau tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga poko
utama yaitu pendidikan mampu mengantarkannya menjadi hamba Alloh, menjadi
Khalifah, dan mampu menantarkannya menjadi seorang ilmuan. Secara sederhana
dapat dibuat diagramnya seperti dibawah ini:
Sekema Tujuan Pendidikan dalam Islam
|
Tujuan Pendidikan Menurut Islam
Menurut Abdul
Fatah Jalal[10],
tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah
kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan
bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum
pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan
syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan
perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah
merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah
jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan
dengan Allah.
Menurut al Syaibani[11],
tujuan pendidikan menurut Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan
individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat,
tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan
masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam
masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan
dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi,
dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi[12],
merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1.
Pembinaan akhlak.
2.
menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akhirat.
3.
Penguasaan ilmu.
4.
Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi[13],
tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1.
Tujuan keagamaan.
2.
Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3.
Tujuan pengajaran kebudayaan.
4.
Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi[14],
tujuan pendidikan islam menjadi :
1.
Bahagia di dunia dan akhirat.
2.
menghambakan diri kepada Allah.
3.
Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4.
Akhlak mulia.
Dalam wacana
ilmiah, setidaknya dapat dikemukakakan beberapa alasan mendasar tentang
pentingnya realisasi paradigma pendidikan menurut Islam. Pertama, Islam sebagai wahyu Allah yang meruapakan pedoman
hidup manusia untuk mencapia kesejahteraan di dunia dan akherat, baru bisa
dipahami, diyakini, dihayati dan diamalkan setelah melalui pendidikan.
Disamping itu secara fungsional Nabi Muhammad, sendiri di utus oleh Allah
sebagai pendidikan utama manusia. Kedua, ilmu pendidikan sebagai ilmu
humaniora juga termasuk ilmu normatif, sebab ia terikat dengan norma-norma
tertentu. Disini nilai-nilai Islam sangat memadai untuk dijadikan sentral norma
dalam ilmu pendidikan itu.
Ketiga, dalam memecahkan dan menganalisa berbagai masalah pendidikan selama ini
cenderung mengambil sikap seakan-akan semua permasalahn pendidikan, baik makro
maupun mikro diyakini dapat diterangkan dengan teori-teori atau filsafat
pendidikan Barat, padahal yang disebut terakhir tadi bersifat sekuler. Oleh
karena itu, nilai-nilai ideal Islam mestinya akan lebih sesuai untuk
menganalisa secara kritis fenomena kependidikan
BAB III
SIMPULAN
Islam
sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas,
individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab,
terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam
ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir
individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat bagi
dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia pada umumnya.
Tujuan pendidikan identik dengan
gambaran manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang
ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka
manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang baik
menurut agamanya,hmad Tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu
untuk menjadikan manusia yang baik dan dan menjadi peribadi yang utuh, peribadi
yang utuh adalah peribadi yang konsisten antara pengetahuan, sikap dan
perilakunya, jadi ada singkronisasi antara kecerdasan kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta terbentuk kecerdasa emosionalnya
Sementara itu Sanusi Uwes menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu secara
lebih rinci lagi menurutnya tujuan pendidikan itu dipengaruhi oleh sumber
keyakinan, dan sumberkeyakinan mempengaruhi pandangan hidup dan pandangan hidup
mempengaruhi tujuan hidup yang kemudian tujuan hidup mempengaruhi tujuan
pendidikan, yang menurut beliau tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga poko
utama yaitu pendidikan mampu mengantarkannya menjadi hamba Alloh, menjadi
Khalifah, dan mampu menantarkannya menjadi seorang ilmuan.
Daftar
Pustaka
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,
Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet.
IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001
_____________, Filsafat Pendidikan Islam, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara
Filsafat dan Pendidikan, Usaha
Nasional, Surabaya, 1983.
Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV.
Pustaka Setia., Bandung, 1998
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet.
II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Shafique Ali Kkhan, Filsafat
Pendidikan Al-Ghazali, CV. Pustaka
Setia, Bandung, 2005
Tilaar, Prof. Dr., Manajemen
Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya.,Bandung
2004,
Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat
Pendidikan, CV. Citra
Sarana Grafika.
Bandung. 1999.
Zuhairini.
Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995
[1] Ibrahim Amini, AL-Huda :2006
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam ;2008
[3] Qedu ResConsultants Program PascaSarjana UNINUS, dalam Educational Leadership Vol.50 No.3 1992
[4] Ibid, 2008: Hal. 24
[5] Ibid, 2008:Hal 28
[6] Dikutip Ahmad Tafsir dalam Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
[7] Adz-Dzariyat ayat 56
[8] Ibid Hal:29
[9] Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Rosdakarya; Hal: 32, 2008
[10] Dikutip dlam Ahmad Tafsir; 2008
[11] Ibid; 2008
[12] Ibid; 2008
[13] Ibid; 2008
[14] Ibid; 2008