Jumat, 22 Februari 2013

tujuan pendidikan



BAB  I
PENDAHULUAN
Pendidikan dimulai sejak pertama kali manusia ada dan akan terus berlangsung sepanjang sejarah dan selama manusia ada. Target dan tujuan pendidikan itu luas dan harus mencakup seluruh dimensi wujud manusia terutama dimensi insaninya[1]. Tatkala  orang mendesain pendidikan maka ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan dasar pendidikan yang menjadi pandangan hidup pendesain ia merumuskan tujuan pendidikan. Jadi, tujuan pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh pandangan hidup (way of life) orang yang mendesain pendidikan itu.[2] T.S. Eliot (Dikutip Ahmad Tafsir) menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup (philoshiphy of life) anda adalah Islam, maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah diambil dari agama Islam.
Text Box: 1Mutu yang baik dalam pendidikan adalah yang dicapai melalui suatu proses: Bagaimana pelaksanaan proseslah yang menjamin hasil yang memadai; Titik berat penilaian bukanlah pada hasilnya semata, melainkan juga sangat difokuskan pada bagaimana prosesnya dilaksanakan; Kepastian akan karakteristik adalah pada bagaimana proses dijalankan. Upaya mewujudkan kualitas kini harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi, tidak bisa lagi secara parsial per program studi.
Faktor-faktor atau fariabel yang harus dikelola, dan bagaimana mengelolanya agar mutu pendidikan dapat dicapai dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Melakukan pengelolaan pendidikan, untuk menghadapi masalah atau hambatan, mengkaji kenapa masalah itu timbul serta apa saja alternatif pemecahan yang mungkin dapat diambil. Dalam mengelola pendidikan faktor kepemimpinan (leadership) memegang peran yang sangat menentukan. Fungsi kepemimpinan merupakan aspek manajemen yang sangat esensial karena bentuk kepemimpinan akan menentukan volume dan kualitas komunikasi di lembaga-lembaga pendidikan sebagai sarana pengerak dan pemersatu semua komponen kependidikan. Bentuk kepemimpinan akan menentukan bentuk dan proses pembuatan keputusan/kebijakan (decision-making process) pendidikan. Sistem kontrol dan evaluasi pelaksanaan aktivitas kependidikan akan menjadi aspek yang sangat berarti untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan[3].
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan  pedidikan menurut Islam secara perspektif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebermutuan dalam kehambaan, kekhalifahan dan keilmuan dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan menurut Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian.


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan Menurut Islam
Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. Jadi apa pendidikan itu menurut Islam? Untuk menjawab pertanyaan itu lebih dahulu dibahas definisi pendidikan menurut para pakar tentang pendidikan menurut Islam didasarkan atas keterangan Al-Qur’an dan hadits[4].
Para pakar pendidikan Islam mengklasifikasikan pada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan tentang ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal)[5].

1. Istilah al-Tarbiyah
Text Box: 3Abdurrahman al-Nahlawi (1989:31-330)[6] merumuskan definisi pendidikan dari kata al-tarbiyyah. Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata at-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh seperti dalam al-Qur’an surat al-Rum ayat 39; kedua , rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari kata rabba-yarubbi yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba” (رَبَّى), yurabbi (يُرَبِّى) menjadi “tarbiyah” yang mengandung arti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam. (Zuhairini, 1995:121).

2. Istilah al-Ta’lim
Secara etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ayat 30-31 ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
 [2:30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
                                                                                                                 


وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
[2:31] Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!

Ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam as dengan Tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).
Menurut Abdul Fattah Jalal bahwa menurut Al-Qur’an, proses ta’lim justru lebih uiversal/lebih luas serta lebih dalam dari pada tarbiyyah. Untuk menjelaskan pendapatnya ini, Jalal memulai urainya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam Islam. Ia mengutip ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30-34, yang menurutnya dalam ayat-ayat tersebut terkandung pengertian bahwa kata ta’lim jangkauannya lebih jauh serta lebih luas dari kata tarbiyyah. Kemudian jalal mengutip ayat 151 surat Al-Baqarah ; yang artinya:
“Kami telah mengutus kepada kalian rasul dari kalian, yang membacakan ayat-ayat kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian al-kitab dan al-Hikmah serta mengajarkan kepada kalian apa-apa yang belum kalian ketahui”
Menurut Abdul Fattah Jalal (1988:119) tujuan umum pendidikan menurut Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Dengan mengutip QS; 51:56[7];
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون                                                             
 Artinya:”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
 Al-Takwir ayat 27,  bahwa pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang mengambakan dirinya kepada Allah dalam pengertian beribadah kepada Allah

3. Istilah al-Ta’dib
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن على}
Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Jadi menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas[8], pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.1definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta'dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu adalah, "pengenalan" adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan "pengakuan" merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipujikan serta terpuji.
Dalam pandangan Al-Attas pendidikan Islam harus terlebih dahulu diberikan kepada manusia sebagi peserta didik, pendidikan tersebut berupa pengetahuan tentang manusia disusul dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dengan demikian dia akan tahu jati dirinya dengan benar, tahu "dari mana dia, sedang dimana dia, dan mau kemana dia kelak". Jika ia tahu jati dirinya, maka ia akan selalu ingat dan sadar serta mampu dalam memposisikan dirinya, baik terhadap sesama makhluk, dan yang terlebih lagi kepada Allah SWT. Ketiga realita yaitu, manusia, alam, dan Tuhan diakui keberadaannya, dengan Tuhan sebagai sumber dari segalanya (alam dan manusia). Tuhan dapat dipahami sebagaimana dinformasikan dalam Al-Quran sebagai Rabb al-Alamin, dan Rabb al-Nass. Amrullah Ahmad menilai bahwa dalam definisi pendidikan Al- Attas mengandung proses pengajaran seseorang dalam tatanan kosmis dan sosial yang akan mengantarkannya untuk menemukan fungsinya sebagai kholifah.
Jadi apa pengertian pendidikan menurut Islam?[9] Pendidikan dalam arti sempit ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan jaran Islam (menjadi muslim semaksimal mungkin).


Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).

Tujuan pendidikan
Berbicara tentang tujuan pendidikan, mau tidak mau mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan memiliki tujuan  untuk memelihara kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu alat  yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang terutama sarana dan prasarana. Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki bangunan yang tak kalah megahnya dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta yang lain. Namun dari sisi kwalitas, pendidikan Islam dirasa belum memenuhi keinginan umat. Sebab visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab terabaikan dalam institusi pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia pada umumnya.
Manusia adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani. Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada  terbentuknya manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan akherat.
Tujuan pendidikan identik dengan gambaran manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang baik menurut agamanya,
Sejalan dengan itu Ahmad tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh pandangan hidup (way of life) orang yang mendisain pendidikan itu dan manusia terbaik menurut orang tertentu. Mungkin saja seseorang tidak akan mampu menggambarkan dengan kata-kata tentang bagaimana manusia yang baik yang ia maksud. Sekalipun demikian menurut Ahmad Tafsir tetap saja ia menginginkan tujuan pendidikan itu haruslah manusia terbaik. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia, termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik.
Lebih lanjut Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu untuk menjadikan manusia yang baik dan dan menjadi peribadi yang utuh, peribadi yang utuh adalah peribadi yang konsisten antara pengetahuan, sikap dan perilakunya, jadi ada singkronisasi antara kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta terbentuk kecerdasa emosionalnya. Mungkin itulah salah satu cara yang di ungkapkan Ahmad tafsir bawa untuk menjadi manusia yang baik itu diantaranya dengan cara konsisten antara pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga tercapai manusia yang utuh.
Sementara itu Sanusi Uwes menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu secara lebih rinci lagi menurutnya tujuan pendidikan itu dipengaruhi oleh sumber keyakinan, dan sumberkeyakinan mempengaruhi pandangan hidup dan pandangan hidup mempengaruhi tujuan hidup yang kemudian tujuan hidup mempengaruhi tujuan pendidikan, yang menurut beliau tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga poko utama yaitu pendidikan mampu mengantarkannya menjadi hamba Alloh, menjadi Khalifah, dan mampu menantarkannya menjadi seorang ilmuan. Secara sederhana dapat dibuat diagramnya seperti dibawah ini:







Sekema Tujuan Pendidikan dalam Islam



 




Pandangan Hidup
 
       


 















                                                                                                                      
Tujuan Pendidikan Menurut Islam
Menurut Abdul Fatah Jalal[10], tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani[11], tujuan pendidikan menurut Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi[12], merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup didunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi[13], tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi[14], tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Dalam wacana ilmiah, setidaknya dapat dikemukakakan beberapa alasan mendasar tentang pentingnya realisasi paradigma pendidikan menurut Islam. Pertama, Islam sebagai wahyu Allah yang meruapakan pedoman hidup manusia untuk mencapia kesejahteraan di dunia dan akherat, baru bisa dipahami, diyakini, dihayati dan diamalkan setelah melalui pendidikan. Disamping itu secara fungsional Nabi Muhammad, sendiri di utus oleh Allah sebagai pendidikan utama manusia. Kedua, ilmu pendidikan sebagai ilmu humaniora juga termasuk ilmu normatif, sebab ia terikat dengan norma-norma tertentu. Disini nilai-nilai Islam sangat memadai untuk dijadikan sentral norma dalam ilmu pendidikan itu.
Ketiga, dalam memecahkan dan menganalisa berbagai masalah pendidikan selama ini cenderung mengambil sikap seakan-akan semua permasalahn pendidikan, baik makro maupun mikro diyakini dapat diterangkan dengan teori-teori atau filsafat pendidikan Barat, padahal yang disebut terakhir tadi bersifat sekuler. Oleh karena itu, nilai-nilai ideal Islam mestinya akan lebih sesuai untuk menganalisa secara kritis fenomena kependidikan


BAB III
SIMPULAN
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia pada umumnya.
Tujuan pendidikan identik dengan gambaran manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang baik menurut agamanya,hmad Tafsir menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu untuk menjadikan manusia yang baik dan dan menjadi peribadi yang utuh, peribadi yang utuh adalah peribadi yang konsisten antara pengetahuan, sikap dan perilakunya, jadi ada singkronisasi antara kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta terbentuk kecerdasa emosionalnya
Sementara itu Sanusi Uwes menyebutkan bahwa tujuan pendidikan itu secara lebih rinci lagi menurutnya tujuan pendidikan itu dipengaruhi oleh sumber keyakinan, dan sumberkeyakinan mempengaruhi pandangan hidup dan pandangan hidup mempengaruhi tujuan hidup yang kemudian tujuan hidup mempengaruhi tujuan pendidikan, yang menurut beliau tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga poko utama yaitu pendidikan mampu mengantarkannya menjadi hamba Alloh, menjadi Khalifah, dan mampu menantarkannya menjadi seorang ilmuan.
















Daftar Pustaka

Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001
_____________, Filsafat Pendidikan Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Shafique Ali Kkhan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali,  CV. Pustaka Setia, Bandung, 2005
Tilaar, Prof. Dr., Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya.,Bandung 2004,
Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika.            
    Bandung. 1999.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995


[1] Ibrahim Amini, AL-Huda :2006
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam ;2008
[3] Qedu ResConsultants Program PascaSarjana UNINUS, dalam  Educational Leadership  Vol.50 No.3 1992
[4] Ibid, 2008: Hal. 24
[5] Ibid, 2008:Hal 28
[6] Dikutip Ahmad Tafsir dalam Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
[7] Adz-Dzariyat ayat 56
[8] Ibid Hal:29
[9] Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Rosdakarya; Hal: 32, 2008
[10] Dikutip dlam Ahmad Tafsir; 2008
[11] Ibid; 2008
[12] Ibid; 2008
[13] Ibid; 2008
[14] Ibid; 2008